Menurut ketua OSIS Rahmat Hidayat, doa bersama ini digelar untuk mendoakan arwah para korban tsunami di Banten dan Lampung terlebih khusus untuk warga kecamatan Sumur di kabupaten Pandeglang.
"Jika cuaca memungkinkan, kita akan gelar doa di lapangan," kata Rahmat kepada HAI, Senin (7/1/2019) sore kemarin.
Meski kehadiran siswa pada hari pertama sekolah di SMAN 16 Sumur masih dihadiri sekitar 20 persen muridnya, dari data yang diterima pihak humas sekolah, ada 30 lebih warga sekolah yang betul-betul terdampak tsunami.
Untuk itu, doa bersama akan digelar bersama dengan para pelajar penyintas tsunami dari sekolah tersebut.
"Ada yang orangtua yang meninggal, adiknya hilang, sepupu, saudaranya, rumahnya jadi mereka belum siap untuk sekolah lagi. Mungkin beberapa hari ke depan lah," kata Nana Juana, Humas SMAN 16 Sumur Pandeglang.
Dia menyebutkan, sejauh ini pihak sekolah tidak terlalu ketat untuk segera memulai kegiatan belajar. Satu pekan pertama, sekolah akan berbenah perlengkapan dan mengajak murid-murid dan para guru siap mental dulu. Selain itu,OSIS juga tengah menyiapkan anggotanya untuk menggalang dana bekerjasama dengan sekolah lain.
"Sekolah kami kan murid-muridnya banyak yang jadi korban, jadi kami akan ke SMA lain di Cibaliung misalnya untuk menggalang dana bantuan, perlengkapannya sudah kami siapkan," terangnya lagi.
Sumur menjadi salah satu daerah paling parah terdampak tsunami Banten yang wilayahnya sulit dijangkau massa. Dari data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kecamatan Sumur ada di Kabupaten Pandeglang, di mana wilayah ini mencatat korban meninggal dunia yang paling banyak, yaitu 296 orang.
"Paling parah, baik jumlah kerugian maupun korban adalah Kabupaten Pandeglang. Korban kebanyakan adalah wisatawan yang sedang berkunjung ke tempat wisata, ditambah masyarakat lokal," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, di kantor BNPB kepada Kompas.com. (*)