Nggak Punya Seragam, Pelajar SMA Korban Tsunami Banten Tetap Sekolah Hari Pertama

Senin, 07 Januari 2019 | 18:24
Alsobry/HAI

Nggak Punya Seragam, Pelajar SMA Korban Tsunami Banten Tetap Sekolah Hari Pertama

HAI-Online.com-Paif Sofyan (17) mengikuti upacara Senin (7/1/2019) pagi tanpa seragam sekolahnya.
Bahkan pada hari pertama masuk sekolah, bajunya tak berkerah, apalagi dilipat dan dimasukan ke dalam celananya. Oh iya, dia juga memakai jins biru dan sendal jepit. Tetapi guru-guru tidak menegurnya.
Pasalnya hari itu bukan cuma Paif, Rudi Suhartono dari kelas 10 IPS 2 juga tidak berseragam putih abu-abu seperti yang dikenakan para siswa di SMAN 16 Sumur, Pandeglang, Banten lainnya. Rudi malah mengenakan celana kain batik yang biasa dipakainya untuk tidur, kaosnya belel dan ukurannya kebesaran. Alas kakinya sama-sama sendal jepit usang.
"Bawa baju yang nutupin awak (badan.red) aja. Saya mah lari, Pak, daripada saya mati!" kata Paif Sofyan dengan logat Sunda dia mengulang cerita kejadian tsunami yang menimpanya pada Sabtu (22/12/2018) lalu itu.
Baca Juga : Sepinya Hari Pertama Sekolah di Lokasi Bencana Tsunami Banten
Waktu itu, warga kelas 11 IPA 2 ini sedang berkumpul dengan teman-temannya di dalam rumah, termasuk ada Rudi di sana, adik kelas sekaligus teman mainnya.
Pertama kali Paif melihat gelombang tsunami datang menghampiri rumahnya, ia hanya mengira itu gumpalan awan. Bersama yang lain, mereka cuma menonton dari kejauhan "awan" di antara terang bulan.
"Doang awan, iyeu katingalina. Urang narempokeun, ja caang bulan (Seperti awan sih kelihatannya. Saya jadi ngeliatin, apalagi terang Bulan)," kenangnya nggak sadar gelombang air sudah semakin mendekat.
Alsobry

Siswa penyintas tsunami Banten di SMAN 16 Sumur, Pandeglang

Kumpul bareng teman-teman pun seketika bubar. Tersadar, motor Paif sudah berpindah tempat karena terbawa hanyut gelombang pertama yang sempat merendam dirinya juga.
"Cai-na sampe ka dada (airnya sampai ke dada)," katanya lagi.
Dari sana orang-orang sudah teriak "tsunami-tsunami". Sementara air kembali surut sebentar, motor Rudi masih bisa dijangkau sehingga bisa difungsikan untuk segera mengungsi dengan yang lainnya.
"Tapi motorna Rudi geus bonceng opatan, teu bisa ilu deui urang (tapi motornya Rudi sudah bonceng empat orang, nggak bisa lagi saya ikut)," terangnya.
Baca Juga : Terseret Gelombang dari Atas Panggung, Begini Ifan Seventeen Selamat dari Tsunami!
Bukan tak setia kawan, Rudi bergerak cepat menyelamatkan orangtua yang diboncengnya untuk dibawa ke daratan yang lebih tinggi. Sementara sudah tertinggal, Paif segera menyusul yang lain. Tanpa memedulikan apa-apa lagi selain ibu bapaknya, sebelum gelombang susulan datatang, Paif sekuat tenaga menyeret lengan kedua orangtua menuju Pasir Malang, sebuah daratan yang tinggi di wilayah Sumur.
"Motor leungit, baju ongkoh (motor sudah hilang, baju apalagi)," tambahnya meski rumah dan barang-barangnya hanyut seketika, ia bersyukur masih bisa melihat orangtua dan teman-temannya selamat.
Paif dan Rudi merupakan dua dari 30 siswa di SMAN 16 Sumur yang sanggup menyintas tsunami Banten. Meski banyak kehilangan, mereka tetap melanjutkan kehidupan dan tetap berangkat sekolah apapun kondisi yang dialaminya.
Kita doakan semoga teman-teman di Sumur tetap kuat dan secara perlahan bisa mengembalikan ritme kehidupan mereka, bahkan lebih baik dari sebelumnya. (*)

Editor : Al Sobry

Baca Lainnya