Mau Kuliah Jurnalistik di Politeknik Negeri Jakarta? Ini Suka-Dukanya Menurut Para Mahasiswa

Selasa, 18 Desember 2018 | 14:40

Gedung Teknik Grafika dan Penerbitan

Hai-Online.com - Kuliah bukan cuma jurusan kedokteran, ekonomi, atau komunikasi aja, loh. Ada juga nih jurusan yang kedengerannya seru, yaitu jurnalistik.

Nah, kalau lagi ngomonginrencanain kuliah jurnalistik, pasti yang lo jadikangoalsadalah Fikom Unpad, Fisip UI, Fikom Moestopo atau Fikom di UMN.

Eits, jangan salah, sob. Untuk lo yang berkisar di Jabodetabek, ada satu lagi pilihan kuliah Jurnalistik yang mesti masuk radar lo. Yap, itu adalah jurusan Jurnalistik di Politeknik Negeri Jakarta(PNJ). Kampusnya terletak di daerah Depok. Deket banget sama UI.

Baca Juga : Juara Jangan Galau, Nih Ceyco Georgia Pilih Kuliah Sambil Olahraga!

FYI nih, kalo di PNJ itu, Jurnalistik merupakan program studi. Nah, yang menaunginya itu jurusan TGP (Teknik Grafika dan Penerbitan). Ada empat program studi di bawah TGP, yaitu Jurnalistik, Teknik Grafika, Teknik Industri Cetak Kemasan, dan Desain Grafis.

Kalo lo masuk sini, ada beberapa jalur masuk. Pertama, jalur undangan yang dinamakan PMDK-PN, biasanya jalur ini udah dibuka dari sebelum UN selesai. Kedua, ujian tulis atau UMPN (Ujian Masuk Politeknik Negeri Jakarta). Dan jalur terakhir adalah UMPN Mandiri. Bedanya jalur mandiri dengan UMPN sebelumnya adalahpeserta cuma bisa milih Uang Kuliah Tunggal (UKT) Kelompok V s.d. VIII

Uang bayarannya berkisar dari Rp3.650.000 sampe Rp9.800.000

Sebagai panduannya, Hai udah wawancara 5 mahasiswa di sana nih, untuk berbagi pengalaman. Bisa jadi referensi lo untuk memilih kuliah di sini.

Muka depan gedung TGP

Ihda Nadaroh (semester 5)

“Jadi anak jurnalistik itu seneng nggak seneng sih. Enak nya, pelajarannya itu fleksibel gitu. Jadi, nggak melulu tentang ilmu pasti. Tergantung diri sendiri juga mau nangkepnya kayak gimana karna ilmu jurnalis terus berkembang. Terus serunya lagi, jadi anak jurnalistik itu nggak kebanyakan bikin tugas yg aneh-aneh. Paling tugas lo kalo nggak liputan, ya bikin desain,”

“Meski tugasnya enak, nggak aneh-aneh, tapi tuh kalo lagi bener-bener nggak ada inspirasi susah banget. Mau nulis apa gitu bingung. Gua sering banget ngalamin itu. Bahkan sampe sekarang magang pun. Temen- temen gue pada nulis 8 tulisan sehari, gue satu aja susah kelar gitu loh”

Ramadhan P. M (semester 5)

“Kalo enaknya tuh, gabut yang paling pertama. Jadi, bisa agak santai kuliahnya. Nggak kayak jurusan lain yang keliatannya sibuk.

"Kedua, dosen-dosennya tuh banyak pengalaman, kayak Pak Tagor Siagian, Pak Djony Herfan, Ibu Rita, mereka ngasih kita banyak banget link ke media-media yang ada.

"Ketiga, TGP itu bebas berekspresi, apapun karyanya, mau dari gambar, lagu, bahkan tulisan. Jadi apapun karya lo pasti ada aja wadahnya buat disumbangin di acara-acara TGP,”

“Nggak enaknya sih mungkin jadwalnya nggak teratur. Kasian sama yang udah bolak balik ke Depok, tapi kadang nggak ada dosennya.”

“Keseruannya lainnya itu di sini ada yang namanya kompen fisik (kompensasi fisik). Emang keliatannya kan kayak hukuman, tapi itu ngejalin silaturahmi. Kayak lu bisa deket sama dosen-dosen yang nggak pernah lu deketin, kayak Mas Way, Mas Budi, Pak Ipul. Buat bersih-bersih gedung setahun sekali. Itu salah satu penebus dosa yang berfaedah kalo lu nggak masuk kuliah.”

Btw guys, kompen fisik itu hukuman apabila lo nggak masuk di semester itu, yang ditebus di akhir semester.

Aldi Putro (semester 5)

“Kuliah di jurnalistik PNJ itu enaknya ya enak banyak prakteknya. Nggak cuma ilmu jurnalistik yang didapet, tapi gue juga dapet ilmu desain, kayak Adobe.

Nggak enaknya, yang diajarin di kampus nggak sesuai masa sama di tempat gue magang. Kayak setiap judul berita gue selalu direvisi. Katanya kurang menarik, padahal gua nerapin rumusnya dosen Penulisan Berita Online gua.

Tapi, lingkungannya gua banget. Kayak dari gaya berpakaian, bebas, adem, dan nyantai.”

Marsha Aditya Yudha Pratama (semester 3)

“Peraturan-peraturannya, administrasinya ngeribetin, apalagi soal bekom (bebas kompensasi) dan kompensasinya. Kadang dosen kayak misscom gitu sama jurusan. Dosennya banyak yang, maap yak, ‘tua’. Jadi kadang mereka nggak nerima kritik dan saran dari mahasiswa,”

Terus kita juga nggak punya seragam kan. Nah, inilah emang perkuliahan tuh kayak gini. Seharusnya emang nggak pake seragam kayak gitu. Tapi, gw ngebandingin sama jurusan lain sih, anak tongkrongan kita lebih solid,”

Nabil Agastiadi (semester 5)

“Enaknya, kalo dosen sering nggak ada jadi bisa tidur dulu di kelas atau di teteh (tongkrongan). Masih bisa maen hp pas matkul. Pulang selalu yang tercepat di antara jurusan lain,”

Tapi nggak enaknya, susah rambut gondrong. Kalo anak tongkrongan dicap jelek sama beberapa dosen.”

Jadi gimana? cerita temen-temen di atas, bikin lo tambah pengen masuk jurnalistik atau ganti haluan nih? (Zhafira/HAI)

Tag

Editor : Al Sobry