Follow Us

Cerita 2 Mahasiswa Palu yang Kini Terus Membangun Rasa Optimis untuk Bangkit

Dewi Rachmanita - Senin, 08 Oktober 2018 | 12:49
Cerita mahasiswa Sulawesi Tengah
Dok. Pribadi

Cerita mahasiswa Sulawesi Tengah

HAI-Online.com - Rasa sedih dan trauma itu masih terus ada bagi mereka yang terkena bencana di Palu dan sekitarnya.

Meskipun gempa emang udah jadi hal biasa bagi masyarakat di sana, bencana yang terjadi beberapa hari lalu begitu membekas.

Namun, para mahasiswa asal Palu yang jadi korban enggan terus bersedih. Mereka kini terus bangun rasa optimis untuk bangkit.

Dua mahasiswa asal Universitas Tadulako, Palu cerita kepada HAI tentang kondisinya saat terjadi bencana.

Bagi mereka sendiri, bercerita atau sekadar keluh kesahnya didengar memang awalnya masih sulit.

Walaupun begitu, lewat sharing ini menurut mereka trauma bisa berangsur-angsur pulih.

Baca Juga : Aspal Terbelah dan Suasana Mencekam, Begini Kesaksian Atlet Paralayang yang Selamat dari Gempa Palu

Salsabila Rizky

Pesan semangat mahasiswa asal Sulawesi Tengah
Dok. Pribadi

Pesan semangat mahasiswa asal Sulawesi Tengah

Waktu itu (saat bencana) saya di kampus, lagi praktikum udah siap mau keluar lab, udah gandeng tas, map, tapi masih pakai baju lab terus tiba-tiba gempa. Pertama kan masih belum berasa masih kecil, jadi kayak "oh nggak papa".

Ya Allah tapi pas kedua kalinya, kan lagi di lab jadi semua barang-barang jatuh, kursi-kursinya. Terus saya kan tempatnya agak jauh dari pintu, otomatis berebutlah untuk keluar.

Udah jatuh saya, udah diinjek-injek teman. Alhamdulillah masih bisa keluar, itu pun tinggal ditarik-tarik sama kakak asisten.

Keluar dari lab, tiang listrik udah jatuh, gelap semuanya soalnya langsung mati listik. Terus kan langsung kumpul di lapangan, ya Allah udah nggak karuan perasaannya.

Langsung duduk lemas, nangis, gempat datang terus. Cepat-cepat ambil HP mau hubungin keluarga, tapi nggak bisa.

Terus kayak tiap 5 menitan gempa, langsung pindah kan di parkiran, tiba-tiba di lab Farmasi kebakaran. Cepat-cepat lari lagi mau pindah ke lapangan Teknik. Eh, udah nggak kuat lemas soalnya. Berhenti dikit, eh gempa lagi, jadi pingsan.

Saya pun ngungsi depan rumah. Kondisi saat ini masih trauma, trauma sekali. Soalnya dari haru Jumat samai Rambu kayaknya gempat kecilnya ada terus. Nggak berani mau pergi jauh-jauh, nggak berani ke kamar mandi lama-lama. Saya suka sharing begini, sedikit demi sedikit trauma bisa hilang.

InsyaAllah nanti juga ikut program sit in di Unhas kayaknya. Tapi, tunggu info resminya lagi tanggal 10 Oktober.

Pesan saya, ayo sama-sama bangun kembali kota Palu. Hilangkan trauma, karena kalau bukan kita yang bangun Palu kembali, siapa lagi kan. Dan untuk orang-orang di luar sana yang sempat menghina Palu soal kasus-kasus yang buat nama Palu jadi buruk, please kalian nggak tahu bagaimana aslinya orang Palu. Bagaimana semenderitanya kami di sini.

Jangan patah semangat, karena masih banyak yang lebih menderita dari kita dan selalu ingat kalau ini teguran dari Allah. Allah ingin kita untuk lebih bertobat lagi kepada-Nya.

Zainah Chairunnisah

Cerita mahasiswa Sulawesi Tengah
Dok. Pribadi

Cerita mahasiswa Sulawesi Tengah

Pada saat bencana saya dan lima teman ada di perjalanan pulang dari anjungan Pantai Talise. Saat itu ada acara Palu Normoni.

Nah saat itu di jalan pulang kita posisinya bukan di jalan raya, jalan kecil dan sebelah kiri kanan mobil ada dinding. Nah, pas kejadian tiba-tiba mobil goyang. Saya kira teman-teman lagi ketawa-ketawa atau ngapain. Pas saya tengok keluar, motor yang ada di jalan jatuh. Di situ saya sadar gempa.

Kemudian saat saya mau buka pintu mobil mau keluar, tiba-tiba dinding yang bersebelahan dengan pintu mobil rubuh. Spontan saya tutup ulang pintu mobil dan pasrah kayaknya dinding roboh pas di atas mobil. Tapi, karena kuasa Allah dinding nggak kena mobil sedikitpun, tapi betul-betul pas depan pintu dalam jalan kecil.

Setelah dinding roboh, saya langsung bergegas keluar dari mobil dan semua orang panik sampai ada orang yang keluar menggunakan handuk dengan sabun dan sampo yang belum dibilas. Hal yang paling menegangkan orang-orang berlarian berteriak air naik air naik jadi semua orang kacau. Mobil motor berhamburan di jalan.

Setelah saya keluar mobil ternyata ada teman kakak saya yang naik motor sama temannya. Di situ posisinya baru pulang kerja dan saat kejadian itu gempa bukan cuma satu kali, jadi pas udah mulai tenang tiba-tiba gempa lagi dan di situ saya terpencar dengan teman-teman. Saya diantar pulang sama teman kakak saya saat itu di atas motor tiga orang.

Di perjalanan pulang tiba-tiba ada gempa susulan dan saat itu jalanan sangat kacau. Saat mulai tenang kembali, di perjalanan udah banyak gedung yang roboh dan orang-orang yang berkumpul di lapangan. Kebetulan depan rumah saya ada lapangan dan alhamdulillah saya sampai di rumah serta kumpul di lapangan bersama keluarga.

Malam itu langir terang oleh bintang-bintang, tapi tiba-tiba ada asap tebal kemudian lama kelamaan memerah dan ternyata bagian Balaora ada kebakaran. Emang tempat itu rata dengan tanah, rumah-rumah roboh seperti orang-orang bilang tanah di sana melunak dan betul-betul rumah di sana seperti diputar-putar banyak makan korban jiwa. Kebakaran saat itu lama padam karena api terus menjalar ke rumah-rumah dan orang-orang betul-betul fokus dengan nyawa masing-masing.

Soal penjarahan itu lillahitaAllah. Saya sebagai korban sangat sedih melihat orang-orang yang menjelekkan Palu, karena mungkin ada oknum-oknum tertentu yang dari luar Palu melakukan penjarahan tersebut. Kita aja korban di sini jangankan mau masuk gedung besar, mau masuk toilet untuk buang air aja kita takut karena betul-betul trauma.

Saya mewakili seluruh korban bencana gempa tsunami Palu dan Donggala ingin mengatakan, jangan pandang kami sebelah mata jika emang kasus penjarahan membuat tangan mereka berat untuk menyumbangkan Rp1.000. Nggak masalah, tapi cukup doakan aja yang terbaik untuk kita atau cukup dengan diam, jangan dengan kata-kata yang menusuk karena mulutmu harimaumu.

Pesan saya yah pasti sabar dan ikhlas menghadapi cobaann ini, yang telah kehilangan orang-orang yang disayangi mungkin Tuhan lebih sayang sama mereka. Yakin badai pasti berlalu!

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya

Latest