Follow Us

Hari Ini 68 Tahun Lalu, Brasil Gagal Juara Piala Dunia di Rumah

- Senin, 16 Juli 2018 | 14:51
Hari Ini 68 Tahun Lalu, Brasil Gagal Juara Piala Dunia di Rumah

HAI-ONLINE.COM - Tepat 16 Juli 1950. Stadion Maracana yang terletak di jantung kota Rio de Janeiro memecahkan rekor jumlah penonton saat menggelar laga penentuan juara Piala Dunia antara tuan rumah Brasil versus Uruguay.Jumlah penonton yang dibatasi 150.000 meluber ke angka 199.854 orang. Hampir seluruhnya adalah pendukung Brasil yang antusias menantikan tim kesayangan mereka menjuarai Piala Dunia untuk kali pertama.Namun, fakta yang terjadi malah sebaliknya. Brasil keok dan seisi stadion banjir air mata. Peristiwa itu lantas dikenali dengan istilah Maracanazo alias Bencana Maracana. Negeri Samba benar-benar larut dalam kesedihan.

Cek: 10 Fakta Menarik Piala Dunia 2018, Hampir Semua Laga Selalu Ada GolSebelumnya, Brasil begitu yakin bakal juara mengingat mereka hanya membutuhkan hasil imbang. Piala Dunia kala itu masih menggunakan format round-robin pada putaran final, di mana empat negara berjuang mengumpulkan poin terbanyak.Takdir mempertemukan Brasil dan Uruguay, yang notabene adalah pengumpul nilai terbanyak sekaligus tim paling berpeluang juara, di pertandingan pamungkas.Brasil mengoleksi empat poin berkat dua kemenangan telak atas Swedia (7-1) dan Spanyol (6-1), sedangkan Uruguay punya tiga poin yang berasal dari kemenangan tipis atas Swedia (3-2) dan hasil imbang melawan Spanyol (2-2).

Pemerintah setempat telah menyediakan bonus sebesar 10.000 pound, jumlah yang terbilang besar pada masa itu. Pesta juara tinggal menunggu kepastian di Maracana, bahkan spanduk- spanduk juga sudah dibentangkan di berbagai sudut kota.Beberapa saat sebelum sepak mula, Wali Kota Rio de Janeiro, Angelo Mendes, sempat menyampaikan pidato singkat yang terkesan angkuh. Sebab, kata-kata di dalamnya menunjukkan betapa besar keyakinan rakyat Brasil melihat timnya juara.Di mata Mendes dan seluruh rakyat Brasil, seluruh pemain Tim Samba tampak sangat gagah. Barbosa (kiper), Augusto (kapten), Juvenal, Bauer, Danilo, Bigode, Friaca, Zizinho, Ademir, Jair, dan Chico seolah tinggal selangkah lagi menggenggam trofi Jules Rimet.Brasil menekan habis Uruguay, yang menerapkan strategi defensif, pada menit-menit awal pertandingan hingga turun minum. Hanya, upaya pasukan kuning belum berbuah gol sehingga babak pertama berkesudahan dengan skor 0-0.Memasuki babak kedua, Brasil kembali melancarkan serangan bertubi-tubi. Hasilnya, Friaca membawa timnya unggul 1-0 usai memaksimalkan operan cerdik dari Ademir menggunakan kaki kanan pada menit ke-46.

Seisi Maracana bersorak kegirangan. Ratusan ribu pendukung Brasil tak henti bernyanyi dan menari sebagai bentuk perayaan gelar juara Piala Dunia yang seakan-akan tinggal menunggu waktu penyerahan saja.Memimpin satu gol, pelatih Brasil, Flavio Costa, mengambil keputusan rasional. Dia meminta Jair turun membantu barisan pertahanan tim agar mereka dapat mempertahankan skor sampai bubaran.Sayangnya, keputusan tersebut justru jadi blunder fatal. Lini tengah Brasil kehilangan figur kreatif sehingga permainan diambil alih oleh kubu lawan. Striker Uruguay, Alcides Ghiggia, yang kerap beroperasi di sayap kanan, mendapatkan banyak ruang untuk bergerak.Keleluasaan Ghiggia berujung gol penyeimbang pada menit ke-66. Dia mengirimkan umpan silang mendatar kepada Juan Alberto Schiaffino yang begitu tenang mengarahkan bola ke tiang dekat Brasil.Dibalas Uruguay, Brasil bukannya menyerang balik. Tim Samba malah melanjutkan permainan negatif dengan anggapan ceroboh bahwa hasil seri saja sudah cukup buat mereka menaiki podium juara Piala Dunia. Situasi ini mempersilakan Uruguay mencari gol kemenangan. Berselang 13 menit kemudian, kapten Obdulio Varela mengkreasi sebuah gol yang sangat ingin dilupakan oleh segenap rakyat Brasil karena terus saja menghantui mereka sampai dengan sekarang.Operan terobosan Varela kepada Ghiggia membelah pertahanan Brasil. Nama yang disebut terakhir lalu menggiring bola dan melepaskan tembakan mendatar sebelum kiper lawan sempat mengadang laju si kulit bundar.Maracana yang tadinya gegap gempita mendadak sunyi senyap. Dunia terasa runtuh bagi Brasil, sedangkan Uruguay bersorak gembira. Kubu tamu tinggal menjaga keunggulan mereka di sisa waktu pertandingan.Brasil berusaha memaksimalkan sisa waktu 11 menit untuk mengejar, tapi gagal. Uruguay pun berhak merengkuh trofi Piala Dunia kedua setelah 1930 sekaligus menyebabkan rakyat Brasil mengalami kesedihan nasional serta bencana sepak bola paling tragis sepanjang sejarah.Artikel ini pertama kali tayang di JUARA dengan judul "JUARA Klasik 16 Juli 1950; Malapetaka Sepak bola Paling Tragis dalam Sejarah Brasil"

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya

Latest