Follow Us

5 Brand Streetwear yang Sebenarnya Dikenal dari Kultur Skateboard

Alvin Bahar - Kamis, 21 Juni 2018 | 14:56
5 Brand Streetwear yang Sebenarnya Dikenal dari Kultur Skateboard

HAI-ONLINE.COM - Brand-brand streetwear kini jadi rebutan artis, digandeng label mainstream, harganya makin mahal. Padahal, dulunya brand-brand tersebut cuma digandrungi anak skateboard aja. Yap, nggak disangka-sangka mereka “naik kasta.” Tapi, sebenernya apa aja sih brand streetwear yang HAI maksud?

Vans

Balik ke 1966, awalnya sepatu Vans ini nggak diproduksi massal. Istilah kerennya made by order alias custom shoes. Di pertengahan '70-an, muncul ide cemerlang di kepala Paul Van Doren, founder Vans. Entah kenapa, dia kepikiran aja untuk "bermain-main" dengan komunitas skater. Mulailah dia melahirkan sepatu skate. Biar lebih afdol, Vans mengajak dua orang skater ternama yang bernama Tony Alva dan Stacy Paralta untuk menjadi partner. Keduanya dibuatkan desain khusus untuk digunakan di berbagai pertandingan. Vans pun lekat dengan anak skateboard. Sampai sekarang, pun masih identik. Namun, kini Vans juga udah sering kita lihat dipakai oleh para pesohor dunia.

Cek: Font Jersey Adidas di Piala Dunia 2018 Dikritik Karena Sulit Dibaca

Supreme

Berdiri di New York, Amerika Serikat pada April 1994, Supreme ingin menjadi bagian, atau otomatis menjadi bagian dari budaya hip hop, punk rock hingga budaya yang melibatkan anak-anak muda.

James Jebbia adalah pelakunya, ia adalah seorang cowok yang lahir di Amerika Serikat namun tinggal di Inggris sampai dia berusia 19 tahun.

Toko pertama Supreme didirikan di Lafayette Street di kota Manhattan pada 1994. Toko pertama didesain sedemikian rupa agar para skaters dapat masuk ke dalam sambil melihat-melihat produk Supreme. Yap, awalnya Supreme memang lebih identik dengan brand skateboard. Kini, mereka menjelma menjadi brand fashion paling prestisius di dunia.

Thrasher

Rasanya udah banyak banget ya bro pesohor dunia pakai baju, sweater, atau berbagai fashion item lain dengan tulisan itu? Thrasher pun menjelma jadi sebuah fashion icon dunia. Padahal Thrasher merupakan sebuah majalah yang udah ada sejak 1981. Eric Swenson dan Fausto Vitello-lah dua orang pendiri majalah yang berfokus pada berbagai hal terkait skate. Majalah ini diterbitkan High Speed Productions, Inc. di San Francisco, Amerika Serikat. Beda dengan brand-brand yang HAI sebut di atas, Thrasher nggak pernah mau brand mereka dipakai oleh orang yang nggak bisa main skateboard. Justin Bieber sama Rihanna aja disebut poser oleh mereka.

Palace

Brand ini didirikan tahun 2010 oleh Lev Tanju, tetapi pondasinya telah lebih dahulu di buat di pertengahan tahun 2000-an. Dari awal hingga sekarang pun, Palace masih menyebut diri mereka brand streetwear skateboard. Namun, mereka nggak menutup diri untuk melakukan kolaborasi dengan brand di luar skateboard, bahkan merilis fashion item yang nggak skateboard-skateboard amat, kayak jersey bola.

Dickies

Dickies adalah retailer fashion asal Amerika yang telah eksis sejak tahun 1918. Label ini memproduksi baju, celana dan berbagai aksesori seperti tas, sepatu boots juga ikat pinggang. Lalu pada 90-an, Dickies mulai menarik hati skateboarder di Amerika Serikat. Perlahan tapi pasti, Dickies mulai dikenal sebagai “fashionnya anak skateboard” tapi juga sering digunakan anak band dan model.

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya

Latest