Follow Us

5 Hal yang Relatable sama Remaja Indonesia dari Serial 13 Reasons Why

HAI Internship - Senin, 04 Juni 2018 | 15:03
5 Hal yang Relatable sama Remaja Indonesia  dari Serial 13 Reasons Why

HAI-ONLINE.COM - Tanggal 31 Maret tahun lalu, Netflix berhasil ngerilis serial baru yang mengangkat kisah seorang gadis remaja yang mengakhiri kehidupannya sendiri dengan cara tragis, dengan meninggalkan tujuh kaset yang berisi tiga belas alasan kenapa akhirnya ia memilih untuk melakukan tindakan tersebut. Dengan jumlah penontonnya yang terus bertambah sejak hari pertama dirilis, akhirnya para produser dari serial ini memutuskan untuk membuat season ke-2, yang juga merupakan hasil pengembangan dari kisah yang awalnya diangkat dari best-selling novel karya Jay Asher ini. Keberhasilan serial ini untuk menarik jumlah penonton sebanyak itu pastinya nggak luput dari tema cerita yang diangkat. Serial ini emang memusatkan ceritanya pada sisi gelap kehidupan sehari-hari para remaja yang bisa dibilang cukup relatable. Kira-kira ada peristiwa apa aja sih?

1. Nggak Peka dengan Kesehatan Mental Orang di Sekitar

Serial ini pada dasarnya nyeritain tentang tokoh utamanya, Hannah Baker, yang terus-terusan ngasih ‘kode’ ke orang-orang terdekatnya tentang dirinya yang lagi nggak baik-baik aja. Sayangnya, kode-kode tersebut malah terus-menerus diabaikan dan malah berujung menjadi penyebab dari kematian Hannah yang tragis. Nah, beberapa orang yang punya mental issues memang boleh jadi terlihat baik-baik aja, jadi baiknya lo lebih peka dan nggak menjatuhkan/menganggap drama mereka yang berani terbuka terkait hal ini ya.

Cek: Fujifilm Resmi Rilis Instax SQ6, Frame-nya Kotak Harganya Rp2 Jutaan

2. Guru BK yang Nggak Bantu

Dalam serial ini, Kevin Proter, guru BK di SMA Liberty High, juga akhirnya menyadari tentang ketidakpekaannya terhadap para murid selepas kematian Hannah. Hal ini juga kerap sering terjadi di banyak sekolah di dunia nyata. Hanya sedikit murid yang memercayai guru BK untuk sharing tentang rahasia pribadi mereka dan memilih menolak untuk mendiskusikan tentang hal tersebut secara lebih lanjut karena menganggap guru BK malah bakal memperkeruh suasana.

3. Kelompok Populer dan Nggak Populer

Di setiap sekolah, pastinya selalu ada deh yang kelompok populer dan nggak populer. Kelompok populer biasanya cenderung mendominasi, sehingga dianggap sebagai ‘raja dan ratu’-nya sekolah. Gelar tersebut juga nggak jarang bikin mereka ngerasa berkedudukan lebih tinggi serta boleh bertindak semena-mena, sehingga sering kali menjadikan kelompok nggak populer sebagai sasaran bully, walaupun mungkin bentuknya nggak separah yang dilakukan Bryce Walker dkk terhadap para nerds dalam serial ini.

4. Julukan Bagi Tiap Siswa Desas-desus yang beredar di telinga para siswa juga sering kali membuat beberapa orang mendapatkan label tersendiri. Kabar burung yang belum pasti benar itu biasanya sering kali ngerugiin orang-orang yang jadi korbannya. Misalnya, di film ini Hannah kerap dilabel sebagai slut (pelacur) karena foto tidak senonohnya yang tersebar luas. Tyler Down yang berasal dari kalangan nggak populer juga sering kali mendapatkan label nggak enak dari hampir sebagian warga sekolah, akibat beredarnya beberapa berita simpang siur terkait dirinya.

5. Orang Tua yang Nggak Tahu Menahu Soal Kehidupan Sosial Anaknya

Olivia Baker, ibu dari Hannah, ternyata sama sekali nggak tau tentang kehidupan sosial anaknya di sekolah yang cukup menyedihkan hingga akhirnya berujung pada tindakan bunuh diri dalam serial ini. Dalam dunia nyata pun, emang para remaja cenderung menyembunyikan sisi gelap dari kehidupan sosial mereka dari para orang tua. Banyak banget remaja yang sebatas pengetahuan orang tuanya adalah anak baik-baik, tapi nyatanya, hm…nggak usah ditanya deh bandelnya.

Penulis: Nayla Erzani

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Hot Topic

Tag Popular