Follow Us

Kuliah Itu Bukan Cuma S1, Jenjang D3 atau D4 Juga Asik, Kok. Bahkan Lulusannya Lebih Siap Kerja

Rizki Ramadan, Fadli Adzani - Kamis, 31 Mei 2018 | 16:40
Komik Dilema D3
Dias/HAI

Komik Dilema D3

HAI-online.com – Kalau lagi ngomongin rencana kuliah, kayaknya strata yang kita bahas cuma S1 saja. Strata lain, kayak D3 atau D4 jarang banget dibahas apalagi jadi pilihan. Kalau pun diungkit sejumlah stigma negatif dan keraguan pasti ditempelin.

“Biar sekalian, mending langsung kuliah S1 aja nggak sih?” Kata Duto, yang baru lulus dari SMAN 5 Semarang.

Ya gitu, deh, kuliah jenjang S1 dianggap sebagai satu-satunya jenjang yang paling aman untuk meniti karier kemudian.

“Iya, kalau D3 kan nanti gajinya lebih kecil dari yang S1. Bener nggak sih? Hehe,” celetuk Vianny yang bakal lanjut S1 di Universitas Parahiyangan.

Weits, baru mau masuk kuliah kok yang dipikirin gaji, sih, bukan ilmu apa yang bakal didapet nanti? Hehe.

HAI nggak pengen nih anak-anak muda pada memandang jurusan vokasi jenjang D3/D4 dengan sebelah mata. HAI udah ngajak sejumlah narasumber untuk cerita biar pandangan kalian terbuka.

Fokus Ke Praktek Tanpa Melupakan Teori

Narasumber yang pertama adalah Mulia Putra Wirangga, salah satu lulusan D3 jurusan penyiaran yang menuntut ilmunya di Bina Sarana Informatika Duren Sawit, Jakarta Timur. Doi juga punya beberapa tips dan saran untuk para pelajar yang masih galau mau lanjut masa perkuliahan ke D3 atau nggak.

“Sebenarnya gini, D3 itu sebatas teknis, sebatas praktek, lebih banyak praktek dibandindangkan dengan teori. Kalau S1, kan, kebanyakan memperdalam tentang teori dan materi,” ujarnya, ketika HAI ajak ngobrol di sebuah restoran cepat saji. “D3 juga dapet teori, tenang aja, tapi hanya sebatas perkenalannya, nggak mendalam banget.”.

Ooh, jadi D3 juga dapat mata kuliah tentang teorinya juga, nggak cuma praktek, praktek dan praktek saja, kok!

Selama kuliah, Mulia ngambil peminatan perfilman. Di sana, dia belajar tentang cara membuat film, bikin film pendek, nulis naskah video hingga bikin video investigasi.

Sama seperti Gagah, kini ada Kalika, yang mengenyam di PTN Politeknik Negeri Jakarta atau yang dikenal dengan sebutan PNJ jurusan jurnalistik. Sama seperti Gagah, Kalika merasa kalau D3 itu lebih banyak praktek dibandingkan teorinya.

“Ini, nih, yang gue rasain dibanding temen-temen gue yang S1. Misalnya lagi belajar masalah A, nah nanti dosen ngasih tugas tapi dalam bentuk praktek gitu, lho, jadi langsung ke penerapannya. Nggak cuma ngebayangin teorinya aja, langsung kepada penerapannya,” kata cewek berhijab yang doyan senyum ini.

Misalnya, ketika Kalika dapet materi tentang penulisan berita online, maka dosen meminta mahasiswa untuk bikin beritanya lansung dan mesti coba ngirim berita tersebut ke media-media, kalau bisa sampai diterbitkan.

“Nantinya, pasti ada proses penolakan dari media-media, dan akhirnya, lewat praktik inilah, gue dan temen-temen gue jadi tau seperti apa rasanya nulis berita online. Berguna banget, kan?” kata Kalika yang sempet magang di HAI selama 3 bulan.

O ya, Kalika juga punya cerita tentang perkuliahannya. Selama di D3, waktu kuliah kita Cuma 3 tahun dan sistemnya paket.

“Jadi, kita nggak bisa milih mau ngambil berapa kredit SKS di setiap semesternya karena sudah ditetapkan oleh kampus,” Katanya

Karier Lulusan D3

Kemudian, kita masuk ke ranah karier. Kira-kira, seperti apa, sih, karier orang-orang lulusan D3?

Perlu diketahui, lulusan D3 itu memiliki gelar, namanya Ahli Madya atau yang disingkat dengan A.Md. Itu adalah gelar vokasi kepada lulusan D3 yang memiliki keterampilan praktis dibandingkan teoritis.

Namun, ada beberapa perusahaan, sih, yang mungkin nggak menerima lulusan D3, jadi, harus lanjut ke strata 1 (S1) dulu kalau mau diterima.

“Kalau masalah kerja, apalagi di bidang broadcasting kayak gue, sebenernya dapet kerja bisa gampang banget, soalnya broadcasting di media itu lebih mengedepankan kemampuan lo, bukan teori lo,” ujar Gagah, yang pernah berkerja di salah satu provider smartphone terkemuka di Asia ini.

“Kalau masalah ingin naik pangkat dan naik gaji, ya tinggal lanjutin S1 aja,” ujarnya.

Akhirnya, Gagah pun melanjuti kuliah S1-nya di Bakrie University, tentu saja ambil kelas karyawan yang masa pembelajarannya pada malam hari. Benar saja, setelah mendapatkan gelar S1, Gagah langsung naik pangkat serta naik gaji di perusahaannya itu.

Bagaimana dengan D4?

Menurut Ketua Program D4 Fakultas Komunikasi Universitas Padjajaran, Dian Wardhiana, tidak ada perbedaan yang mencolok antara D3 dan D4, kecuali pemeringkatannya.

“D3 dan D4, keduanya tergolong pendidikan vokasi. Tidak ada perbedaan metode belajar antara D3 dan D4, keduanya menggunakan pendekatan praktis dengan rasio teori 30 % dan praktik 70 %,” ujarnya, ketika ditanya oleh HAI.

Udah gitu, Pak Dian menegaskan, D4 itu sejajar dengan S1, lho. Lulusan D4 itu, menurutnya, sejajar dengan sarjana. Namun bedanya, kalau lulusan D4, lebih menitikberatkan pada keterampilan praktis, bukan akademik.

Lulusan D4 pun bisa langsung melanjuti pendidikannya ke jenjang S2 dan S3 vokasi.

Lulusan Vokasi Lebih Siap Kerja

Ina Liem, pengamat sekaligus konsultan pendidikan, berpendapat bahwa strata D4 adalah yang paling cocok dipilih lulusan SMA daripada S1.

“Karena 70% materi kuliahnya berupa praktek. Dengan begitu mahasiswa jadi lebih mengerti. Setelahnya, memahami teorinya jadi lebih mudah. Karena banyak praktek pula, lulusan D4 lebih siap untuk kerja,” kata bu Ina kepada HAI via telpon.

Gimana, guys? Udah ngerti, kan, tentang strata D3 dan D4? Jadi, semuanya kembali kepada kebutuhan diri masing-masing, kalau kalian ingin menitikberatkan praktek daripada teori, kalian boleh pilih D3/D4, tapi kalau kalian mau belajar teori banget, cobalah masuk S1!

Editor : Rizki Ramadan

Latest