Follow Us

Kisah Perjalanan Revenge The Fate: Cari Personel Lewat Medsos Hingga Semuanya Tinggal di Satu Rumah

Rizki Ramadan - Rabu, 14 Maret 2018 | 10:15
Revenge The Fate
Rizki Ramadan

Revenge The Fate

Apa yang diraih oleh Revenge The Fate sekarang tentunya bukan semata karena hoki. Di balik panggung, mereka punya peran masing-masing yang sama penting.

Zacky, drummer yang makin gempal ini adalah seorang desainer dari Beholder Clothing, salah satu badan usaha utama Revenge The Fate selain musik. Ada Cikhal yang bertugas memutar roda bisnis band secara keseluruhan, Sona yang mengurus soal sistem digital, komputerisasi, hingga saluran YouTube-nya Revenge The Fate, dan pastinya Anggi, yang jadi andalan sebagai ambassador untuk Beholder Clothing, ataupun band.

“Sebelum bikin Beholder, anak-anak (Revenge The Fate) udah mulai kerja di (bisnis) clothing lain juga, jadi, berdasarkan pengalaman masing-masing, kami baru di 2013 bikin Beholder,” ujar Sona. Ibarat sebuah mobil, nggak heran kalau laju band ini jadi sangat cepat, karena ke empat rodanya bisa melaju sama rata.

Meskipun bisa tumbuh dengan cukup cepat, sisi lain dari popularitas yang mereka raih tentu mrenghadirkan hambatan yang makin besar.

Salah satunya pengalaman buruk Anggi ketika harus berurusan panjang karena ada seseorang yang kerap mengaku sebagai dirinya, dan melakukan beberapa penipuan yang kasusnya sampai berlanjut ke kepolisian bahkan pengadilan. Untungnya, masa-masa nggak mengenakan itu telah berlalu, dan telah memberikan “ilmu” baru untuk mereka.

Revenge The Fate dalam perjalanan beberapa tahun terakhir juga menyadari pentingnya beradaptasi dengan perkembangan yang begitu cepat terjadi. Nggak heran, langkah mereka yang cepat “melek” urusan digital dan social media turut membawa pengaruh. Salah satunya adalah perihal channel YouTube Vevo mereka, yang sempat ramai dibicarakan. Dan, paling penting, karena buat bisa memiliki akun Vevo, bukan hal yang mudah.

“Intinya mah harus produktif dan kreatif di YouTube, karena mungkin kami produktif, kami bikin program-program untuk RTF TV, juga rajin ne-share live video di YouTube, kebetulan, ada email dari distibutor asal Inggris yang bisa membuat kami terintregasi dengan VeVo. Ya, lumayan kami menunggunya cukup lama, dari mulai kami diregistrasi sampai video muncul mungkin memakan waktu sekitar tiga bulan,” jelas Sona, panjang lebar.

“Digital itu kenyataan, lo ketinggalan jaman yo.... Hahaha..., itu lirik lagunya siapa, ya?” timpal Zacky sambil meneriakan lirik lagu GGS yang nggak ia sadari. “Lagu GGS, Young Lex Lex itu,” timpal Anggi dan Sona hampir berbarengan.

Dalam Satu Atap

Siang itu, HAI mampir ke markas Revenge The Fate yang berada di kawasan Cimenyan, Bandung, Anggi dengan santainya sedang bermain game Tony Hawk Pro Skater di PlayStation, Sona terlihat klimis karena setelah sesi interview ini ingin segera pergi, Zacky yang selalu tampak bersemangat menyusul kemudian. Hanya Cikhal, sang gitaris yang kebetulan sedang berada di luar basecamp karena ada keperluan dadakan, sehingga ia nggak ikut sesi interview.

Suasana di balik obrolan kami yang penuh dengan sendau gurau pun sampai pada di titik bahwa keseriusan empat anak muda asal Jawa Barat ini dalam terjun dan bisa berkembang industri musik ini, Sona punya kutipan seru tentang pilihan Revenge The Fate memilih tinggal di satu atap.

“Tinggal dalam satu rumah seperti ini adalah satu cara supaya kami untuk terus ketemu dan komunikasi, intinya komunikasi, agar semuanya bisa diobroilin langsung, kalo ada masalah atau rencana bisa diobrolin saat itu juga, karena sering ketemu,” tambahnya.

Editor : Rizki Ramadan

Baca Lainnya

Latest