Follow Us

Para Pelajar Angkat Suara Tentang Kasus Anggota OSIS SMAN 1 Semarang Yang Dikeluarkan Sekolah

Rizki Ramadan - Senin, 05 Maret 2018 | 06:45
Student Talks: Kasus Anin dan Afif
Rizki Ramadan

Student Talks: Kasus Anin dan Afif

HAI-ONLINE.COM - Guys, tau nggak sih kabar tentang siswi SMAN 1 Semarang yang dikembalikan ke orangtuanya alias di keluarkan karena LKS atau Latihan Kepemimpinan Siswa? Kalau belum, nih deh HAI ceritain dulu.

Seorang siswi SMAN 1 Semarang yang bernama Anindya Puspita Helga Nur Fadhil dikenal sebagai anak yang aktif dan berprestasi. Hal itu yang membuat Anin masuk ke dalam OSIS dan ditunjuk sebagai pemberi materi kepemimpinan.

Singkat cerita. Beberapa hari setelah usai melaksanakan kegiatan LKS, Anin menerima surat dari sekolah yang menyatakan bahwa per tanggal 6 Februari 2018, Anin sudah nggak lagi sekolah di SMAN 1 Semarang alias dikeluarkan.

Hal itu terjadi karena pada saat usai LKS, ada sebagian orangtua murid yang melaporkan ke sekolah kalau ada tindak kekerasan pada anak mereka. Selanjutnya para orangtua murid itu memaksa sekolah untuk merazia ponsel anak-anak OSIS.

Terus, ditemukan juga tuh rekaman video yang dinilai berlebihan dan manifestasi tindak kekerasan. Namun sebenarnya bukan itu yang terjadi sebenarnya.

Anin mengaku bahwa yang terjadi hanyalah adu argumentasi dan junior itu berbuat suatu kesalahan. Tentunya akan selalu ada hukuman untuk menembus kesalahan. Untuk menembus kesalahan itu, Anin sendiri yang menanyakan mau hukuman seperti apa dan si junior pun meminta untuk ditampar.

Selain itu, Anin pun menambahkan kalau ia nggak betul-betul menampar junior itu dengan keras, melainkan hanya berpura-pura saja. Namun malangnya, sekolah seperti nggak terima dengan pengakuan Anin.

Keputusan sekolah udah bulat. Anin tetap dipindahkan ke sekolah lain yang sudah diajukan. Jadi, Anin nggak bisa lulus bareng teman-teman satu almamaternya

Menanggapi kasus ini, apa pendapat kalian? Apakah kalian setuju dengan keputusan sekolah? Karena penasaran, HAI akhirnya mewawancara 5 siswa SMA mengenai apa pendapat mereka tentang kasus yang menimpa Anin. Yuk, langsung simak.

Mohamad Dhirga Cahya Putra - SMAN 4 Jakarta

"Menurut gue, itu pihak sekolah udah keterlaluan sih. Mereka kan menugasi si Anin dan temennya untuk LKS dan LDK, dan pihak sekolah pastinya tau dong standar LDK itu seperti apa dan sudah jelas kan, LDK itu melatih dasar kepemimpinan seorang siswa. Anin melakukan hal tersebut kan juga permintaan si juniornya. Karena dia salah terus dapet sanksi, disuruh pilih mau diapain. Itu kan udah menjadi hal yang mendasar di LDK. Yang aneh lagi, sekolahnya juga tiba-tiba ngasih poin dan berpacu dalam peraturan sekolah yang kalo menurut gue peraturannya itu masih rapuh dan nggak mendasar. Bukannya dari dinas sepenuhnya."

"Kalo gue bilang sih, orangtua dari juniornya terlalu berlebihan. Kalau memang anaknya nggak mau di perlakukan seperti itu, mending homeschooling aja. Ketahuan, belajarnya dirumah, gurunya yg dateng kerumah. Lagi juga udah SMA, seharusnya orangtuanya sudah paham, dunia diluar sekolah lebih keras dan kejam. Mereka diperlakukan seperti itu kan agar mental mereka terbentuk dan bisa punya jati diri, dan siap menjadi seorang pemimpin."

Vianny Quininta - SMA Tarakanita Gading Serpong

"Nggak objektif sih menurut gue. Nggak ada landasan yg pasti juga. Kaya memihak dan nggak konsisten. Toh sekolah udah tau kegiatannya kayak gimana, Udah ngerti prosedurnya juga, Kok jadi malah jilat ludah sendiri? Haha. Menurut gua harusnya sekolah dengerin explanation dari dua sisi dong. Sisi pelaku dan korban. Baru cari jalan tengah. Bukan asal ambil keputusan tiba-tiba gitu. DO siswa kan pasti ada peraturan dan proseduralnya."

"Terlebih lagi, juniornya lebay. LDK kan memang begitu. Masa LDK isinya cuma seminar? Namanya aja Latihan Dasar Kepmimpinan, bukan seminar kesiswaan."

Fayiz Akbar - MAN 2 Jakarta

Fayiz Akbar
"Gua rasa sih, absurd banget itu sekolah. Secara Anin itu nggak menentukan hukuman apa yang akan diberikan ke juniornya. Tapi di video itu si juniornya yang minta ditampar. Ya, aneh aja gitu. Jelas-jelas juniornya yang minta ditampar, tapi kenapa Anin yang di DO? gua nggak setuju dengan keputusan dewan guru. Nggak adil aja gitu, tiba-tiba langsung di DO"

Brevadhya Bulandra Anwari - SMA Al-Izhar Pondok Labu.

"Menurut gue emang nggak jelas banget. Gue juga nggak terimalah dia diperlakukan kayak gitu, apalagi dia selama ini termasuk siswa yang aktif dan banyak prestasi."

Wira Herdiana Ilham Sampurna - SMAN 6 Pontianak Timur

"What? Itu emang acara tahunan yang diperuntukan untuk melatih kepemimpinan kan? Ya juniornya lah itu yang udah pasti salah. Jelas nggak setuju kalau Anin di DO. Si Anin kan udah bener ngejalanin tugasnya. Lagipula, dia juga cuma nampar pok-pok doang. Ini sih fix juniornya yang banyak aturan."

Editor : Rizki Ramadan

Baca Lainnya

Latest