Follow Us

Kisah Traveler Cupu Mendaki Tebing Kematian di Kowloon Peak Hongkong

Rizki Ramadan - Selasa, 23 Januari 2018 | 03:45
Pemandangan dari Kowlooan Peak
Rizki Ramadan

Pemandangan dari Kowlooan Peak

Mini bus 1 A tujuan Sai Kung, cari aja sekitara stasiun MTR Choi Hung (Dok. Vignette)

Jangan lupa turun Fei Ngo Shan ya!
Setelah turun dari mini bus, gue dan Qevin pun dengan pedenya langsung menyusuri jalan Fei Ngo Shan yang banyak dihuni oleh kaum elite tanpa basa basi. Hampir setengah jam jalan, bolak balik nanya warga lokal yang lagi lari-lari sore, drama pertama pun terjadi. Gue diuber anjing liar Hong Kong! Hahaha. Mungkin badan gue bau daging Sevel tadi kali, ya? Untung selamat alias nggak kenapa-napa! Gue ditolong seorang kakek yang lagi gowes sepeda gunungnya. Aman!

Drama kedua, ditengah jalan yang semakin sepi, Qevin pun malah gundah gulana apakah benar jalan yang kita lalui bersama ini menuju Kowloon Peak? WHAT THE HE**!!! Setelah adu mulut lagi, cari info sana-sini, kita pun sepakat buat balik lagi ke tempat awal kami turun dari mini bus tadi. Balik ke start point gang Fe Ngo Shan. Hiks!

Sore pun kian nampak, Qevin menemukan pencerahan kalau sebenarnya jalan ke Kowloon Peak itu kearah kiri menuju jalan kecil dekat batu nisan Fe Ngo Shan. Akhirnya, kita mencari jalur ini, hingga bertemulah kami dengan sesosok kakek umur 50-an lebih asli Hong Kong lengkap dengan tongkat trekkingnya yang siap mendaki. Untung si kakek bisa bahasa inggris. Obrolan kami bertiga pun berujung pada dua pilihan untuk menuju Kowloon Peak. Pertama, harus trekking dengan trek yang cukup ekstrim di jalur yang hendak kakek lalui dan pilihan kedua yang nggak terlalu sulit bisa hiking di jalan semula tadi. Hiks! Walaupun, nanti tetep harus trekking juga, tapi treknya udah dibikinin sama warga lokal berupa jalan setapak bebatuan. Berhubung Qevin nenteng Dji Phantom 4, kita pun pilih ke jalur semula tadi dengan harapan lebih enteng naiknya.

Setalah hiking di jalanan aspal selama kurang lebih hampir sejam, akhirnya kita menemukan kode 328 di batu besar emperan jalan. Tandanya, kita harus banting stir ke kiri menuju jalanan lebih sempit yang dikelilingi hutan untuk memulai trekking. Drama ketiga pun terjadi, gue sendiri pesimis buat trekking. Maklum, selama di perjalanan kita selalu dihantui berita akhir tahun lalu kalau ada yang jatuh dan mati saat menuju Kowloon Peak. Insidennya nggak cuman sekali! Oya, tebing ini emang cukup ngeri menurut warga Hong Kong, makanya dinamai dan dikenal dengan Suicide Cliff (Tebing Kematian), dan puncaknya dinamakan Kowloon Peak. Berita yang bikin kami pesimis . Serem cuy!

Tanda 328, mulai untuk trekking
Tapi ya, berhubung nasi udah jadi bubur ayam goreng, si Qevin ngeyakinin gue kalau bakal aman-aman saja asal hati-hati dan selow aja naiknya. Ketolong banget deh sama cuaca yang lagi cerah, walaupun suhu normal Hong Kong waktu itu kisaran 9-15 derajat. Tentu di tebing ini lebih dingin hawanya.

Fiuhh! Akhirnya, trekking kami pun dimulai dengan santai tapi pasti. Treknya nggak sulit sih emang, tantangannya paling lo harus siap ngelewatin beberapa makam khas china di perjalanan. Kurang lebih setengah jam-an akhirnya sampai juga di puncak. Lega! Walaupun hawa super dingin makin merasuki tubuh gue dan kaki Qevin pun mulai keram. Lupakan! Saatnya siapkan kamera!

Sunset di Kowloon Peak. Epic!
Di puncak, kami ketemu dua cewek ABG Australia yang lagi khusyuk mengabadikan momen sore itu dan sepasang kekasih bule. Si kakek yang kita jumpai dibawah tadi bertemu kami lagi di puncak. Pikir kami, kuat banget nih si kakek. Walaupun, untuk turunnya, si kakek lewat trek yang kami lalui karena lebih enteng. Qevin pun langsung ngecek sinyal Dronenya, syukurlah ada! Hampir sejam kita menikmati sunset di tebing kematian melihat indahnya hiruk pikuk alam Hong Kong dari Kowloon Peak. Puas foto-foto, gue pun ninggalin kenang-kenangan yang nggak terlupakan dengan adzan magrib di Kowloon Peak. Wohoho, untung nggak salah lirik! Sayangnya videonya belum bisa gue share. Next time deh!

Malam pun tiba, dingin kian menjadi-jadi, kami pun bergegas pulang dengan mengandalkan senter hape sebagai penerang kegelapan. Oya, kalau naiknya tadi kita ke tolong mini bus untuk mencapai rute start (Fe Ngo Shan) dari kota, untuk rute pulangnya ini kami harus jalan kaki sampai statiun MTR Choi Hung (kota) selama kurang lebih dua jam-an dari puncak. Luar biasa! Benar-benar sebuah pengalaman traveling yang nggak biasa. Oya, cerita ini gue buat hanya untuk seneng-seneng aja dan penuh dengan unsur ketidaksengajaan. Siapa tahu, kalian penasaran dan tertarik menaklukan Kowloon Peak saat melancong ke Hong Kong? Ya lo bakal ngelihat Hong Kong dari puncak yang nggak biasanya sih. Harus nyobain sih, dijamin epic! Terima kasih. :)

Kawloon Park

Editor : Rizki Ramadan

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest