Follow Us

Mengintip Cara Kerja Wartawan Petualang di National Geographic: Asiknya Menjelajah, Meneliti dan Bercerita Tentang Semesta

Dewi Rachmanita - Rabu, 17 Januari 2018 | 02:45
Situs Segeran di Twoulan, Mojokerto, Jawa Timur. Penugasan untuk menyingkap reruntuhan permukiman Ibu Kota Majapahit, sebuah metropolitan yang hilang. Terbit di National Geographic Indonesia edisi September 2012.
Dwi Oblo / National Geographic

Situs Segeran di Twoulan, Mojokerto, Jawa Timur. Penugasan untuk menyingkap reruntuhan permukiman Ibu Kota Majapahit, sebuah metropolitan yang hilang. Terbit di National Geographic Indonesia edisi September 2012.

Mau Menulis Untuk Natgeo? Ini Caranya.

Siapa bilang menulis untuk National Geographic Indonesia hanya untuk wartawannya saja. Memang jadi wartawan media ini tuh asik banget. Tapi, bagi kamu yang belum punya kesempatan bisa juga coba kirim tulisan atau foto.

Mas Yoan sendiri juga bilang kalau selama ini National Geographic Indonesia sangat terbuka untuk para kontributor. Biasanya mereka yang sudah sering jadi kontributor memiliki keahlian tertentu dalam suatu bidang. Contohnya tentang taman nasional, orang yang menulis tentu tahu tentang hukum dan perundang-undangannya, lingkungan hidup, dll.

Bukan itu saja, kamu juga bisa ikut berkontribusi di National Geographic Indonesia asal punya tulisan dan foto jurnalistik yang bagus. Media ini punya punya bobot tersendiri soal standardisasi hal tersebut.

"Mungkin tulisan sudah cukup menarik di media lain, tapi belum tentu di National Geographic Indonesia," ujar Mas Yoan.

Mas Yoan kasih contoh sewaktu liputannya soal makan di Bogor. Mungkin selama ini menurutnya orang nggak sadar ada makam itu, kalaupun sadar dianggap angin lalu. Nah, di sini butuh kejelian seorang wartawan untuk selalu kepo dan menelisik sampai tuntas suatu hal. Ternyata, setelah nisan diterjemahkan, itu merupakan makam Gerrit, tuan tanah sewaktu zaman kolonial.

Harus suka alam dan jago foto nggak, ya?

Banyak nih mungkin yang ragu dengan profesi ini karena minder duluan nggak suka menjelajah alam atau foto bagus? Ya, dasarnya memang harus menyukai semesta dan segala isinya, bro. Selain itu juga harus mampu mengemas penjelajahan itu menjadi menarik. Hal ini seperti yang dibilang Alexander Graham Bell kalau dunia dan segala isinya itu menarik dan kalau kita (National Geographic) nggak bisa bikin itu lebih menarik lagi buat orang-orang, ya sebaiknya majalah ini ditutup saja.

Jadi, tujuannya sih membuat semesta yang menarik dan menyampaikannya itu ke masyarakat. Nggak harus alam juga kok, kan ada manusia dengan budayanya bahkan alam semesta.

Pernah suatu liputan, Mas Yoan bersama warga setempat mencari sebuah goa. Setelah masuk ke belantara hutan enggak ketemu juga. Ternyata goa yang dimaksud letaknya di pinggir jalan utama. Nah, jadi jiwa suka alam ya sebenarnya cukup penting juga untuk sampai atau mencari tempat-tempat yang jadi sumber berita.

Masalah foto, biasanya sih di National Geographic dalam suatu liputan terdiri dari dua orang, yakni penulis dan fotografer. Masing-masing dari mereka fokus untuk menangkap momen suatu peristiwa. Tapi, nggak jarang juga beberapa kali harus sendiri dan merangkap tugas walau ini bakal berat banget serta banyak momen yang mungkin terlewat. Keahlian foto yang terpenting dalam media ini ialah foto yang dihasilkan bertutur.

Foto yang bertutur itu sendiri menurut Mas Yoan yang seenggaknya menceritakan adegan kunci dan penting suatu peristiwa atau tempat. Foto-foto itu harus menjawab nih mengapa harus ada, lalu nggak ada foto berulang. Ya intinya merupakan photo story, bro.

Editor : Rizki Ramadan

Baca Lainnya

Latest