Follow Us

Hai

/

Art

The Fluorescent Neon Colour of Mukhlis Fakhri

Rizki Ramadan - Selasa, 22 November 2016 | 11:30
The Fluorescent Neon Colour of  mukhlis fahri
Rizki Ramadan

The Fluorescent Neon Colour of mukhlis fahri

Creepy but funny, funny but creepy, chaotic, neon colour, strong line, and no blank space. Kira-kira seperti itu gambaran karakteristik karya Mukhlis Fakhri atau akrab disapa Muklay. Muklay merupakan seorang illustrator muda kelahiran Jakarta yang banyak membuat karya-karya naratif, memunculkan prespektif dirinya dalam menjalani hidup di kehidupan sebenarnya dan di dunia maya. That means, Muklay membahas perbedaan antara kehidupan nyata dan dunia maya di setiap karyanya.

“Keseharian dan apa yang sedang terjadi di luar sana, yang saya lihat dengan mata, cerna dengan otak, dan terjemahkan lewat karya,” lugas pemilik akun IG @Muklay ini ketika ditanya soal pemilihan tema berkarya. Karya-karya Muklay memang terlihat ngejreng banget ketika HAI lihat di akun Instagramnya. Tapi, keceriaan terpancar jelas di media yang digunakan. Seperti misal, Muklay nyaris nggak pernah membubuhkan warna-warna gelap di semua ilustrasinya.

Kenyataannya, dia memang senang memakai warna yang mencolok mata, warna neon, atau fluorescent contohnya. Percampuran cat akrilik dan sedikit biang pigmen sablon, makin memperkuat warna karyanya. “Warna dan lines adalah hal terpenting di artwok gue. Gue nggak terpaku pada medium, tetapi kebanyakan gue pakai cat akrilik untuk membuat sebuah karya meski dalam media yang berbeda-beda. Medium is a creativity murderer, you know,” celoteh penyuka warna magenta dan toska ini.

Indonesia Art Award 2015 Menekuni dengan tema yang selaras sejak tahun 2014, Muklay lalu mencoba membuat karya serius untuk dipamerkan. Meski awalnya, Muklay merupakan muralis yang getol banget buat gambar di jalanan dari tahun 2011, yang mana, seorang street artist itu identik dengan anti-berkarya-di-gedongan. Tapi, passion emang nggak bisa dibohongi kali yah? Dan juga,nggak bisa menggambar dengan metode “berkarya cepat”.

“Jadi, proses berkarya gue dimulai dari drawing, dengan tinta cina. Kemudian lanjut scan, editing pakai Photoshop and Illustrator, dan terakhir diaplikasikan ke artwork fine art, merchandise, art print, atau apa aja yang bisa dijual. Hahaha,” ujar Muklay yang pernah ikut ajang seni terbesar di Indonesia, Indonesia Art Award.

Yak, September 2015 lalu, di Galeri Nasional (Galnas) Jakarta, Muklay menyabet juara 3 Indonesia Art Award (IAA) dengan karya buatannya, yaitu seratus karakter abstark wajah manusia yang mengelilingi sebuah lukisan. Karyanya tersebut merupakan sindiran bagi kondisi pengguna media sosial saat ini dengan tajuk, “Trust Us We’re Different”. Seratus wajah tersebut ada yang bebentuk babi, daging, mulut doang, and another freaking faces. Wah, keren!

Editor : Rizki Ramadan

Latest