Follow Us

The Raid 2: It's Not Over Yet, Rama!

Ega Hai - Senin, 24 Maret 2014 | 07:25
The Raid 2 It s Not Over Yet Rama
Ega Hai

The Raid 2 It s Not Over Yet Rama

Melanjutkan kisah dalam film pertama The Raid, setelah berhasil keluar hidup-hidup dari bangunan yang penuh serangan gangster, Rama (Iko Uwais) mengira ia bisa kembali melanjutkan hidupnya dengan tenang. Tapi harapannya salah, lawan yang ia hadapi dalam gedung itu baru permulaan. Kemenangannya mulai membangunkan preman buas di dunia kriminal Jakarta. Nggak cuma Rama yang nyawanya terancam, tapi juga istri, anak dan keluarganya.

Demi melindungi keluarganya, Rama nggak punya pilihan lain selain masuk dalam operasi penyamaran untuk menyusup sampai ke gembong preman. Ia memulai perjalanannya dengan 'mengasingkan' diri dari keluarganya, dengan mendekam di penjara untuk mendekati anak salah satu preman yang di bui di sana. Demi bisa masuk penjara, Rama pun harus melakukan tindak kekerasan yang melumpuhkan salah satu anak politisi di negeri ini.

Mengambil identitas baru sebagai seorang kriminal pelaku tindak kekerasan bernama "Yuda", Rama bertugas mencuri perhatian Uco (Arifin Putra), anak seorang gengster di Jakarta. Tapi mendekati anak preman juga bukan sebuah perjalanan yang mudah, ia harus melewati pertempuran antar beberapa kubu penghuni penjara.

Dari Uco, nantinya Rama akan lebih mudah memetakan penyerangannya terhadap polisi yang korup serta membasmi gengster di Jakarta. Selama itu, Rama harus menjaga penyamarannya agar tak terungkap dan ia juga harus menumpas preman-preman yang selama ini justru bekerja sama dengan pejabat polisi. Tapi lawannya luar biasa banyak dan tangguh, salah satu diantara mereka ialah Alice, Hammer Girl (Julie Estele). Serta ketua preman yang keji Bejo (Alex Abbad). Nggak lupa sosok mad dog, masih 'mematikan' di sekuel film ini.

Sekali lagi, Iko harus melawan semua itu sendirian. Pertumpahan darah, kekerasan yang keji menjadi hal yang biasa dalam film ini. Tapi nggak sembarangan kekerasan, hampir setiap adegan perkelahian diramu dari hasil koreografi martial art, silat.

Sang sutradara sekaligus penulis naskah, Gareth Evans mencoba mengangkat sesuatu yang lebih 'gila' di sekuel film ini. Para pemain yang ia pilih sukses menginterpretasikan karakternya masing-masing. Sejak diputar perdana dalam Sundance Film Festival 2014, film ini menuai review postif dari kritikus luar negeri.

"Aku merasa luar biasa, terimakasih atas tanggapan yang baik, penilaian yang baik, ini sangat berarti. Padahal aku mengira akan mendapatkan review yang negatif, mungkin ada orang yang nggak suka ada yang suka juga, karena pandangan orang kan berbeda," jelasnya.

Editor : Ega Hai

Latest